Anggota Komisi XI DPR RI Fathi menyoroti dampak kebijakan ekonomi Amerika Serikat yang dinilai semakin ekstrem terhadap perekonomian Indonesia.
Anggota Fraksi Partai Demokrat ini mengingatkan pentingnya antisipasi terhadap gejolak ekonomi global. "Walaupun Indonesia bukan pihak utama dalam perang dagang, kita tetap terkena imbas dari kebijakan-kebijakan turunannya. Ini gelombang baru yang harus direspons secara hati-hati," ujar Fathi, di Kompleks Senayan, Jakarta, Senin (5/5).
Ia menjelaskan bahwa stimulus ekonomi pemerintah membutuhkan waktu untuk menunjukkan hasil, sementara tekanan ekonomi global terus berlanjut. "Saat ini bukan hanya teori ekonomi biasa yang berlaku. Bahkan Menteri Keuangan sendiri menyebut bahwa ilmu ekonomi umum sudah tidak cukup untuk menjelaskan situasi global saat ini," tambahnya. Fathi juga mengamati tren peningkatan minat masyarakat terhadap emas sebagai instrumen investasi.
"Emas itu safe haven. Ketika ada ketidakpastian, wajar kalau masyarakat mengalihkan investasinya ke sana. Tetapi ini juga mencerminkan kekhawatiran akan kondisi ekonomi ke depan," katanya. Mengenai negosiasi tarif dengan AS, Fathi menyoroti belum tercapainya kesepakatan penurunan tarif 32 persen untuk produk Indonesia.
"Ini bukti negosiasi ekonomi dengan AS kini lebih kompleks. Kami mendorong pemerintah menyiapkan langkah alternatif jika kebijakan AS tetap agresif," tegasnya.
Terkait isu pelonggaran TKDN, Fathi menegaskan kebijakan ini bukan tanpa pertimbangan. "TKDN bukan diturunkan begitu saja untuk menyenangkan Amerika. Ada indikator lain yang dihitung, dan akan ada regulasi pengimbang untuk industri dalam negeri," jelasnya. Fathi menutup pernyataannya dengan menekankan pentingnya kebijakan pro-rakyat. "Kami di Komisi XI akan terus mengawal langkah pemerintah agar setiap kebijakan ekonomi tetap berpihak pada kepentingan nasional," pungkasnya. (tan/jpnn)
( sumber : jpnn.com )