Waka MPR Dorong RI Ambil Peran Aktif Wujudkan Tatanan Dunia Baru

Jumat, 23 Mei 2025 16:01

75eab503-6a7d-4aeb-9673-d803bbe4a164-750x375

Wakil Ketua MPR RI dari Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) menyampaikan pandangannya bahwa Indonesia siap mengambil peran aktif sebagai mitra utama dalam mewujudkan tatanan dunia baru.

Indonesia bertransformasi dari ketergantungan menuju martabat. Bukan hanya sebagai mitra dagang, tapi sebagai kekuatan setara yang siap membangun masa depan global adil, inklusif, dan berkelanjutan.

Hal tersebut disampaikan Edhie Baskoro Yuhoyono Ketua FPD DPR RI dalam acara “US-Indonesia Economic Security Roundtable (Global Policy and Strategy Initiative)” di Annenberg Conference Room, Stanford University, Palo Alto, Amerika Serikat beberapa waktu lalu.

Di awal pemaparannya, Ibas yang juga merupakan lulusan S3 IPB University ini menyoroti pentingnya menyambut kebangkitan China secara positif, sebagai peluang untuk memperkuat perdamaian dan menciptakan kemakmuran bersama.

“Kita tahu bahwa Indonesia dan Amerika Serikat memiliki kemitraan strategis dalam hampir semua bidang. Dan saat ini, Indonesia sedang mencari keseimbangan kekuatan,” kata Ibas dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat,(23/5/2025).

“Kebangkitan China akan membawa perdamaian, solusi, dan kemakmuran, seperti yang telah dilakukan Amerika Serikat bersama kami (Indonesia),” lanjutnya.

Wakil Ketua Umum Partai Demokrat ini memaparkan bagaimana hubungan baik Indonesia-Amerika selama ini dalam berbagai mitra strategis.

“Dari Jakarta ke Washington, dari sawah Jawa Tengah hingga pusat data di Silicon Valley. Kita terikat tidak hanya perdagangan, kemitraan strategis, dan hubungan antar masyarakat, tetapi juga oleh rasa saling percaya,” ungkapnya.

Wakil Rakyat Partai Demokrat Dapil Jatim VII ini menyampaikan gagasannya bahwa keamanan ekonomi bukan lagi soal angka, tapi narasi. Indonesia bertransformasi dari ketergantungan menuju martabat.

“Keamanan ekonomi sekarang bukan lagi hanya soal angka, tetapi tentang narasi. Ini adalah kisah tentang negara-negara yang memilih kerja sama daripada konfrontasi. Ini adalah perjalanan dari ketergantungan menuju martabat.”

Wakil Ketua Dewan Penasihat Kadin menyoroti fragmentasi kebijakan global saat ini.

“Dan hari ini, kebijakan global sedang terfragmentasi. Seperti yang kita semua tahu, aturan sering kali dibuat oleh segelintir pihak, untuk keuntungan segelintir pihak,” ujarnya.

“Di wilayah Global South, saya tahu Dr. Condoleezza Rice kurang menyukai istilah ‘Global South’ termasuk Asia Tenggara, tidak hanya harus menjadi bagian dari percakapan, tapi juga turut membentuknya,” jelasnya lebih jauh.

Ibas menggarisbawahi bagaimana geoekonomi kini telah menjadi wajah baru geopolitik. “Teknologi dijadikan senjata. Rantai pasok dipolitisasi, dan transisi energi berlangsung secara tidak merata. Yang kami inginkan adalah kesempatan untuk membangun keseimbangan baru.”

Oleh karena itu, pada kesempatan ini Ibas mengusulkan Trinitas Strategis untuk kemanan, keberlanjutan, serta kemakmuran yang inklusif berkelanjutan. “Kami memiliki Rantai pasok yang tangguh; tata kelola digital yang berdaulat; diplomasi industri hijau.”

Pada diskusi ini, Ibas juga mengajukan beberapa pertanyaan yang dapat menjadi topik pembahasan bersama. Di antaranya “Bisakah kita merintis dan menjalankan Dana Ketahanan Bersama untuk mengatasi gunjangan ekonomi, perdagangan, dan juga keberlanjutan lingkungan?”

“Dan apa peran dunia akademis, seperti Stanford, dalam melembagakan Policy Sandboxes, yakni wadah uji coba model tata kelola ekonomi baru sebelum diterapkan secara luas?”

Di akhir pemaparannya Ibas mengajak seluruh pihak untuk tidak terfokuskan hanya pada persaingan tapi perancang bersama tatanan dunia baru. Ia menegaskan kesiapan Indonesia mengambil peran aktif menjadi arsitek tatanan baru dunia.

“Mari kita tidak berbicara sebagai pesaing. Kami membutuhkan lebbih banyak investor datang ke Indonesia untuk bekerja sama dan berkolaborasi. Tetapi sebagai perancang bersama tatanan dunia yang baru. Mari kita tidak sekadar bereaksi terhadap disrupsi, tetapi merancang sistem yang adil, berkelanjutan, dan berdaulat.”

“Indonesia siap, bukan sebagai pengamat pasif, tetapi sebagai mitra yang berprinsip dalam perdamaian, kemakmuran, dan kebijakan,” pungkasnya.

Laporan: Asrul Rizal

( sumber : kedaipena.com )


Berita Lainnya

Nasional

Hinca Panjaitan Harap TNI Tidak Jaga Kejaksaan secara Permanen

Nasional

Sabam Sinaga Tekankan Nilai Persatuan di Siborongborong

Nasional

DPR Dukung Pengentasan Kemiskinan Lewat Program Sekolah Rakyat

Nasional

H.T.Ibrahim: Revisi UUPA Butuh Kerja Sama Semua Pihak

Nasional

Indonesia dan Siprus Jajaki Kerja Sama Strategis: Dari Pendidikan hingga Bantuan Kemanusiaan

Nasional

Gelar RUPST, DPR Dorong Evaluasi dan Penyegaran Direksi Telkom

Nasional

Anggota Komisi III soal TNI/Polri Kawal Jaksa: Sebaiknya Jangan Permanen

Nasional

Mulyadi Politisi Demokrat Bantu Realisasikan Listrik untuk Tiga Desa Terpencil di Sumenep

Berita: Nasional - Hinca Panjaitan Harap TNI Tidak Jaga Kejaksaan secara Permanen •  Nasional - Sabam Sinaga Tekankan Nilai Persatuan di Siborongborong •  Nasional - DPR Dukung Pengentasan Kemiskinan Lewat Program Sekolah Rakyat •  Nasional - H.T.Ibrahim: Revisi UUPA Butuh Kerja Sama Semua Pihak •  Nasional - Indonesia dan Siprus Jajaki Kerja Sama Strategis: Dari Pendidikan hingga Bantuan Kemanusiaan •  Nasional - Gelar RUPST, DPR Dorong Evaluasi dan Penyegaran Direksi Telkom •  Nasional - Anggota Komisi III soal TNI/Polri Kawal Jaksa: Sebaiknya Jangan Permanen •  Nasional - Mulyadi Politisi Demokrat Bantu Realisasikan Listrik untuk Tiga Desa Terpencil di Sumenep •