
Wakil Ketua MPR RI, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas), berdialog langsung dengan pemuda dan pemudi Kabupaten Magetan dalam kegiatan Silaturahmi Kebangsaan MPR RI bertajuk “Muda Bukan Wacana”. Kegiatan ini menjadi ruang temu gagasan antara negara dan generasi muda, sekaligus ajakan nyata agar pemuda tampil sebagai pelaku perubahan, bukan sekadar penonton pembangunan.
Mengawali pertemuan, Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR RI tersebut menyampaikan keyakinannya bahwa Magetan memiliki potensi besar yang dapat digerakkan oleh generasi mudanya. Ia menegaskan bahwa sektor pertanian, perkebunan, dan peternakan justru menjadi jawaban konkret bagi masa depan ekonomi daerah. Menurutnya, tantangan utama bukan pada ketiadaan peluang, melainkan pada keberanian dan kemauan anak muda untuk terjun langsung. “Sering kali yang jadi masalah itu gengsi. Padahal di banyak negara, justru para farmer dan peternaklah yang maju dan berpenghasilan besar,” ujar lulusan S3 IPB University tersebut.
Edhie Baskoro menekankan bahwa sektor-sektor tersebut memiliki keunggulan karena hasilnya pasti terserap, terjual, dan dikonsumsi masyarakat. Dengan pendekatan yang adaptif dan kemauan belajar, peluang itu bisa dikembangkan menjadi usaha yang berkelanjutan. Ia mendorong pemuda untuk belajar dengan cara-cara baru—mulai dari mengunjungi pusat usaha yang telah berhasil, hingga memanfaatkan teknologi digital dan platform pembelajaran daring.
Dalam konteks peluang nyata, Anggota Dewan Penasihat KADIN ini menyinggung fluktuasi harga pangan sebagai sinyal kuat adanya ruang usaha bagi anak muda. Ia mencontohkan kondisi harga cabai yang melonjak tinggi di wilayah sekitar, yang menurutnya menunjukkan besarnya potensi produksi lokal. “Bayangkan peluang yang ada di depan mata. Bahkan dengan harga yang wajar pun, masih ada ruang untuk untung,” jelasnya.
Lebih lanjut, Anggota Dapil Jawa Timur VII tersebut mengaitkan peluang ekonomi daerah dengan program nasional Makan Bergizi Gratis (MBG). Ia menjelaskan bahwa program tersebut tidak hanya berdampak pada peningkatan gizi, tetapi juga dapat menggerakkan ekonomi kerakyatan dan ekonomi kepemudaan. Dengan kebutuhan besar terhadap sayur, buah, telur, susu, dan protein hewani, daerah seperti Magetan dinilai mampu menjadi penyangga rantai pasok, bahkan menyuplai ke wilayah lain. “Kalau dikelola dengan baik, tepat sasaran, dan tidak disalahgunakan, program ini sesungguhnya mengaktifkan kegiatan ekonomi yang menguntungkan daerah,” tegasnya.
Ibas juga mengingatkan bahwa pemerintah telah menyediakan berbagai skema dukungan, termasuk Kredit Usaha Rakyat (KUR) berbunga rendah, sebagai modal awal bagi anak muda yang ingin memulai usaha. Ia optimistis pemerintah daerah akan membuka ruang seluas-luasnya bagi generasi muda untuk menciptakan lapangan kerja dan menumbuhkan ekonomi lokal.
Tak hanya berbicara ekonomi, Ibas menekankan pentingnya optimisme dan harapan sebagai fondasi kemajuan. Ia mengajak pemuda Magetan untuk percaya pada potensi diri dan daerahnya, seraya mengingatkan bahwa banyak tokoh nasional dan pemimpin institusi negara berasal dari Magetan, seperti Gubernur pertama Jawa Timur RM. Ario Soerjo hingga Jenderal TNI (Purn.) Pramono Edhie Wibowo. Prestasi di berbagai dinilainya sebagai bukti nyata bahwa Magetan memiliki modal sosial yang kuat untuk terus maju.
Dalam dialog interaktif, Ibas juga menanggapi pertanyaan peserta terkait peran anak muda di dunia politik, relasi dan kecerdasan, serta keterbatasan lapangan kerja. Ia menegaskan bahwa kecerdasan, ketajaman berpikir, dan integritas adalah fondasi utama kepemimpinan, yang kemudian diperkuat oleh relasi yang dibangun secara etis dan berproses. “Negara ini butuh pemimpin yang pintar, tajam, dan memahami usaha rakyat. Relasi penting, tetapi harus mengikuti aturan dan etika. Relasi yang menghalalkan segala cara justru merusak nilai kebangsaan,” ujar Ibas.
Ia juga mendorong pemuda agar tidak apatis terhadap politik dan kehidupan publik. Menurutnya, berorganisasi, berpartai, hingga mencalonkan diri dalam jabatan publik merupakan bagian sah dari partisipasi demokrasi, selama dijalankan dengan cara yang benar dan bertanggung jawab. Di saat yang sama, ia mengingatkan agar kritik, aspirasi, dan ekspresi dilakukan secara beradab, tidak merusak persatuan, serta tetap berorientasi pada solusi.
Menutup kegiatan, lulusan S2 Nanyang Technological University ini mengajak seluruh pemuda Magetan untuk menjadi generasi optimis, solutif, dan berkarakter kebangsaan. Ia menegaskan bahwa kemajuan daerah dan bangsa tidak bisa hanya bergantung pada pemerintah, melainkan membutuhkan keterlibatan aktif tangan-tangan muda. “Pemuda bukan hanya penggerak ekonomi, tetapi juga penjaga persatuan, pelopor sosial kemanusiaan, dan calon pemimpin masa depan. Mari kita bergotong royong membangun desa, kecamatan, kabupaten, hingga Indonesia,” pungkasnya.
Kegiatan ini dihadiri oleh berbagai organisasi kepemudaan dan kemasyarakatan di Kabupaten Magetan, di antaranya KNPI, Pemuda Muhammadiyah, PMII, Karang Taruna, IPNU, IPPNU, Banser, Fatayat, dan Ansor, yang turut memperkaya dialog kebangsaan dan memperkuat semangat kolaborasi lintas generasi.
( sumber : fpd-dpr.com )




