Setiap kali Indonesia berdiri di persimpangan jalan, pemuda selalu hadir sebagai kekuatan penentu arah bangsa.
Namun, tantangan zaman kini bukan lagi berbentuk penjajahan fisik, melainkan ideologis, digital, dan psikologis.
Dengan mengusung tema "Mewujudkan Pemuda Cerdas, Kritis, dan Cinta Tanah Air", kegiatan ini menjadi panggung refleksi sekaligus ajakan aksi nyata bagi generasi muda Indonesia.
Menurut Raja Faisal, radikalisme dan terorisme di masa kini bukan hanya tumbuh dari ketimpangan sosial, tetapi juga akibat distorsi informasi, pemelintiran agama, dan propaganda yang menyusup melalui layar ponsel anak-anak muda.
Ia menegaskan bahwa teknologi, meskipun membawa kemajuan, juga bisa menjadi senjata bagi kelompok ekstremis.
“Kita hidup di era hyper-connectivity. Satu unggahan di media sosial bisa menyebar ke jutaan orang dalam hitungan detik. Teknologi yang seharusnya menjadi alat kemajuan, justru dapat diperalat oleh kelompok ekstremis untuk menyebarkan narasi kebencian,” tegas politisi dari Fraksi Partai Demokrat tersebut.
Lebih lanjut, Raja Faisal mengungkapkan bahwa 70 persen rekrutmen kelompok radikal kini dilakukan melalui platform digital. Ini menunjukkan bahwa pertempuran ideologi tidak lagi berlangsung di medan fisik, melainkan di ruang pikir dan hati masyarakat—terutama pemuda.
“Jika pemuda cerdas, kritis, dan mencintai tanah air, mereka akan menjadi filter hidup, penyaring yang mencegah masuknya racun radikalisme ke dalam tubuh bangsa. Sebaliknya, jika abai atau mudah terhasut, mereka bisa menjadi pintu masuk ancaman itu sendiri,” lanjutnya.
Sebagai langkah nyata, ia mendorong penguatan literasi digital, pendidikan karakter, serta membudayakan diskusi kritis dan ruang dialog antaragama serta antarbudaya.
Ia juga mengajak generasi muda menjadi influencer kebangsaan yang menyebarkan narasi positif dan menolak ujaran kebencian.
Dalam penutupnya, Raja Faisal menekankan bahwa masa depan bangsa tidak ditentukan oleh siapa yang paling kuat atau kaya hari ini, tetapi oleh siapa yang mampu menjaga persatuan di masa depan.
“Jadilah pemuda yang cerdas dalam berpikir, kritis dalam menyikapi dunia, dan cinta tanah air dalam setiap langkah. Bukan generasi yang mudah dihasut, tapi generasi penjaga Merah Putih dengan pikiran jernih dan hati tulus,” pungkasnya.
Rembuk Merah Putih kali ini diharapkan menjadi lebih dari sekadar forum diskusi, melainkan momentum lahirnya gelombang baru pemuda Indonesia yang berani berpikir, bersuara, dan bertindak demi menjaga keutuhan bangsa di tengah arus zaman.
Editor : Eddie Prayitno
( sumber : pantura.inews.id )