.jpg)
Isu penumpukan gula di gudang pabrik kembali mencuat.
Anggota DPR RI Fraksi Demokrat Dapil Jatim VIII, Guntur Sasono, menilai kondisi tersebut merugikan masyarakat karena berimbas pada harga konsumsi di pasaran.
“Gula yang menumpuk di gudang akhirnya merugikan konsumsi rakyat. Kadang masalah struktur harga, ada yang lebih mementingkan keuntungan daripada kepentingan masyarakat,” ujarnya usai menyerahkan bantuan alsintan kepada kelompok tani di Desa Sambirejo, Jiwan, Kabupaten Madiun, beberapa waktu lalu.
Guntur berjanji segera meninjau langsung gudang pabrik gula dalam waktu dekat.
“Insyaallah satu sampai dua minggu lagi saya akan turun ke gudang-gudang itu. Karena produksi melimpah, gudangnya penuh. Ini harus kita carikan solusi,” tegasnya.
Ketua Dewan Pimpinan Nasional Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (DPN APTRI), Soemitro Samadikoen, menyoroti polemik penggabungan dua anak perusahaan BUMN, yakni PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) dan ID FOOD.
Menurutnya, pemerintah tidak boleh gegabah dalam melakukan merger tanpa kajian mendalam.
“Ya memang kita sebetulnya tidak boleh dengan mudah, dikit-dikit gabung. Dua perusahaan anak BUMN ini sama-sama bergerak di bidang gula, tapi kalau cakupannya lebih besar ya ID FOOD. Selama ini ID FOOD telah dikelola lebih bagus,” terangnya.
Soemitro menegaskan ribuan ton gula petani yang menumpuk di gudang bukan di bawah pengelolaan ID FOOD.
“Selama ini gula petani di ID FOOD sudah dijamin harganya minimal sama dengan Harga Patokan (HP) Rp14.500 sampai selesai musim bibit. Jadi bukan di ID FOOD yang macet,” tandasnya.
Ia juga menilai kunjungan Wakil Ketua MPR RI Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) bersama Guntur Sasono ke lapangan menunjukkan perhatian serius terhadap sektor perkebunan tebu.
“Gabung belum tentu membuat keadaan lebih baik, justru bisa menimbulkan kekhawatiran baru,” pungkasnya. (ryu/aan)
( sumber : radarmadiun.jawapos.com )
